
JAKARTA - Persija Jakarta terancam kehilangan investor Edy Joenardi yang sebelumnya akan menanamkan modal Rp50 miliar pada musim 2009-2010. Impian menjadi klub profesional pun bisa berantakan.
Ancaman tersebut meluncur karena konflik internal antara Pengcab PSSI DKI Jakarta dan Persija Perjuangan semakin meruncing. Selain itu,ruang gerak PT Persija Jaya yang akan dipimpin Edy Joenardi juga dibatasi karena suporter Jakmania tidak otomatis memberi legalitas penggunaan atribut suporter. Sebanyak 32 korwil Jakmania juga kabarnya meminta jatah dana dari PT Persija Jaya.
”Saya tidak mau menanamkan investasi dalam kondisi konflik yang tidak selesai.Saat ini saya masih memberi waktu sampai Rabu (5/8). Kalau konflik selesai, saya akan maju dan kalau belum berarti saya akan membatalkan investasi tersebut,” kata Edy kepada harian Seputar Indonesiakemarin. Konflik internal Persija memang semakin meruncing. Kubu Pengda PSSI Jakarta yang dipimpin Tony Tobias mengklaim telah mendapat dukungan 30 klub internal sehingga berhak duduk dalam jajaran direksi PT Persija Jaya.
Adapun,kubu Persija Perjuangan pimpinan Biner Tobing menganggappembentukan PT Persija Jaya tidak sah karena tidak melibatkan mereka. Karena itu,Persija Perjuangan meminta perombakan PT Persija Jaya dengan memasukkan wakil mereka dalam jajaran direksi. Jika investor batal ke Persija,berarti pengelolaan Macan Kemayoranakan melangkah ke belakang karena kembali menggunakan dana APBD. Padahal, ini bertentangan dengan Peraturan Mendagri yang melarang penggunaan dana rakyat untuk sepak bola profesional.
Persija juga bisa kembali menagih sisa dana APBD 2009 sebesar Rp22 miliar yang mengendap di KONI DKI Jakarta. ”Kami tidak mau berandaiandai dulu.Sebab,upaya melanjutkan kesepakatan dengan Edy masih kami lakukan. Penggunaan dana APBD sangat berisiko karena sewaktu- waktu bisa dipersoalkan pihak pengadilan,”kata Direktur Pengembangan Bisnis PT Persija Jaya Sony Sumarsono.
Terlepas dari konflik Persija tersebut,Edy mengaku lega karena sukses membeli klub Divisi Utama Persikad Depok dengan dana Rp50 miliar. Dia pun sudah membentuk PT Persikad yang diproyeksikan masuk Liga Super pada 2011. Kehadiran Edy di Depok mendapat sambutan hangat dari pengurus dan pemain Persikad. Maklum, tunggakan gaji mereka selama 10 bulan langsung dibayar lunas dengan anggaran total mencapai Rp3,6 miliar. ”Saya sangat serius ingin membawa Persikad go international.
Dalam waktu dekat, kami akan merehab Stadion Merpati, Depok, menjadi stadion berstandar internasional.Anggarannya Rp50 miliar itu khusus untuk manajemen, sedangkan pembangunan stadion ada anggarannya sendiri. Secara keseluruhan, saya siap mengucurkan Rp100 miliar untuk Persikad,”tandas Edy. Edy sendiri membantah anggapan bahwa pembelian Persikad sebagai sinyal pembatalan membeli Persija. Justru dia menginginkan Persija bisa dikembangkan bersamaan Persikad.
’’Pembelian Persikad tidak memengaruhi rencana saya menanamkan investasi di Persija.Justru, saya ingin kedua tim ini bersinergi.Apalagi,Persija tampil di Liga Super dan Persikad di Divisi Utama,”pungkas Edy. Sementara itu, Manajer Persikad Yuyun Wirasaputra menganggap kehadiran investor ke Persikad sebagai anugerah terbesar dalam sejarah klub itu.
Yuyun, yang juga Wakil Wali Kota Depok, siap memberi keleluasaan penuh bagi investor dalam mengelola Persikad secara profesional.Apalagi, kehadiran investor ini mampu menyelesaikan utang pemain yang sudah 10 bulan tidak dibayar.
”Gaji dan keperluan mereka sebelumnya memang sulit cair karena Persikad mengandalkan dana APBD. Sekarang Persikad sudah siap go internationaldan pemain akan diperlakukan secara profesional juga,”kata Yuyun. [mohamad sahlan/sindo]
Ancaman tersebut meluncur karena konflik internal antara Pengcab PSSI DKI Jakarta dan Persija Perjuangan semakin meruncing. Selain itu,ruang gerak PT Persija Jaya yang akan dipimpin Edy Joenardi juga dibatasi karena suporter Jakmania tidak otomatis memberi legalitas penggunaan atribut suporter. Sebanyak 32 korwil Jakmania juga kabarnya meminta jatah dana dari PT Persija Jaya.
”Saya tidak mau menanamkan investasi dalam kondisi konflik yang tidak selesai.Saat ini saya masih memberi waktu sampai Rabu (5/8). Kalau konflik selesai, saya akan maju dan kalau belum berarti saya akan membatalkan investasi tersebut,” kata Edy kepada harian Seputar Indonesiakemarin. Konflik internal Persija memang semakin meruncing. Kubu Pengda PSSI Jakarta yang dipimpin Tony Tobias mengklaim telah mendapat dukungan 30 klub internal sehingga berhak duduk dalam jajaran direksi PT Persija Jaya.
Adapun,kubu Persija Perjuangan pimpinan Biner Tobing menganggappembentukan PT Persija Jaya tidak sah karena tidak melibatkan mereka. Karena itu,Persija Perjuangan meminta perombakan PT Persija Jaya dengan memasukkan wakil mereka dalam jajaran direksi. Jika investor batal ke Persija,berarti pengelolaan Macan Kemayoranakan melangkah ke belakang karena kembali menggunakan dana APBD. Padahal, ini bertentangan dengan Peraturan Mendagri yang melarang penggunaan dana rakyat untuk sepak bola profesional.
Persija juga bisa kembali menagih sisa dana APBD 2009 sebesar Rp22 miliar yang mengendap di KONI DKI Jakarta. ”Kami tidak mau berandaiandai dulu.Sebab,upaya melanjutkan kesepakatan dengan Edy masih kami lakukan. Penggunaan dana APBD sangat berisiko karena sewaktu- waktu bisa dipersoalkan pihak pengadilan,”kata Direktur Pengembangan Bisnis PT Persija Jaya Sony Sumarsono.
Terlepas dari konflik Persija tersebut,Edy mengaku lega karena sukses membeli klub Divisi Utama Persikad Depok dengan dana Rp50 miliar. Dia pun sudah membentuk PT Persikad yang diproyeksikan masuk Liga Super pada 2011. Kehadiran Edy di Depok mendapat sambutan hangat dari pengurus dan pemain Persikad. Maklum, tunggakan gaji mereka selama 10 bulan langsung dibayar lunas dengan anggaran total mencapai Rp3,6 miliar. ”Saya sangat serius ingin membawa Persikad go international.
Dalam waktu dekat, kami akan merehab Stadion Merpati, Depok, menjadi stadion berstandar internasional.Anggarannya Rp50 miliar itu khusus untuk manajemen, sedangkan pembangunan stadion ada anggarannya sendiri. Secara keseluruhan, saya siap mengucurkan Rp100 miliar untuk Persikad,”tandas Edy. Edy sendiri membantah anggapan bahwa pembelian Persikad sebagai sinyal pembatalan membeli Persija. Justru dia menginginkan Persija bisa dikembangkan bersamaan Persikad.
’’Pembelian Persikad tidak memengaruhi rencana saya menanamkan investasi di Persija.Justru, saya ingin kedua tim ini bersinergi.Apalagi,Persija tampil di Liga Super dan Persikad di Divisi Utama,”pungkas Edy. Sementara itu, Manajer Persikad Yuyun Wirasaputra menganggap kehadiran investor ke Persikad sebagai anugerah terbesar dalam sejarah klub itu.
Yuyun, yang juga Wakil Wali Kota Depok, siap memberi keleluasaan penuh bagi investor dalam mengelola Persikad secara profesional.Apalagi, kehadiran investor ini mampu menyelesaikan utang pemain yang sudah 10 bulan tidak dibayar.
”Gaji dan keperluan mereka sebelumnya memang sulit cair karena Persikad mengandalkan dana APBD. Sekarang Persikad sudah siap go internationaldan pemain akan diperlakukan secara profesional juga,”kata Yuyun. [mohamad sahlan/sindo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar